حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ
“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit di dalam kemah-kemah.” (Qs. Ar-Rahman: 72)
Begitulah gambaran tentang terjaganya kesucian bidadari. Cuba kita bayangkan dengan keadaan wanita sekarang, keadaan diriku dan dirimu…sudahkah kita meniru akhlak wanita-wanita terdahulu yang solehah? Sesungguhnya mereka tidak pernah keluar dari rumah melainkan untuk memenuhi keperluan mereka (darurat).
Bidadari adalah makhluk yang teristimewa, maka tidaklah hairan jika dia sangat terjaga. Ingatkah engkau akan zaman nenek moyang kita dahulu…tentang cerita wanita pemalu yang dipingit di dalam rumahnya, wanita yang terjaga dan menjaga dirinya?
Begitulah gambaran bidadari yang hanya berada di dalam tempat kediamannya. Cuba kita bandingkan dengan kondisi wanita sekarang, keadaan diriku dan dirimu…apakah kita sudah meniru akhlak wanita solehah pendahulu kita yang hanya keluar untuk sekadar memenuhi keperluan mereka saja? Perhatikanlah kembali firman Allah Ta’ala dalam kitabNya,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliyah dulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta’atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. ” (Qs. Al-Ahzab: 33)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha berkata, “Saudah binti Zam’ah radhiyallahu’anha keluar pada suatu malam setelah turunnya perintah berhijab. Dia seorang wanita yang bertubuh besar sehingga tidak sukar bagi orang untuk mengenalinya.
Lalu Umar melihatnya maka Umar radhiyallahu’anhu berkata, “Wahai Saudah, Demi Allah engkau tidak asing bagi kami. Lihatlah, bagaimana engkau boleh keluar?”
Lalu ‘Aisyah berkata, “Maka Saudah pun kembali pulang (ke rumahnya), sedang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salllam berada di rumahku sedang makan malam. Di tangannya ada daging.
Maka Saudah pun masuk kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya keluar rumah untuk memenuhi keperluanku. Lalu Umar berkata begini dan begitu.”
‘Aisyah berkata, “Maka Allah mewahyukan kepada beliau dan daging masih di tangannya, beliau tidak meletakkannya. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Telah diizinkan bagi kalian kaum wanita keluar untuk keperluan dan tuntutan kalian.”(HR. Bukhari)
Anggota keselamatan wanita di Iran bersemangat menjalankan latihan ketenteraan sambil menjaga batas pergaulan dan menutup aurat dengan sempurna |
Ya…wanita memang tidak diharamkan keluar rumah, namun janganlah hanya untuk hal yang tidak perlu (di sisi agama) sehinggakan kita bermudah-mudahan berkeliaran di luar sana; bahkan berasak-asak dengan lelaki asing untuk urusan yang kurang perlu (di sisi agama).
Kita lihat wanita masa kini, mereka seringkali terlihat berlalu-lalang di sekitar pusat membeli-belah dengan alasan “sekadar jalan-jalan”, duduk-duduk di cafe, berkeliaran tidak keruan di tempat-tempat umum dan bermacam-macam lagi aktiviti yang kurang sesuai dilakukan oleh wanita yang ingin terjaga ‘iffahnya.
Wanita yang sekadar melakukan aktiviti di rumah, sesekali pasti berasa bosan tinggal di rumah dan sekali-sekala ingin merasakan suasana yang baru. Suami yang baik tentunya akan mengerti, memahami dan mengambil jalan yang bijak bagi menangani keadaan yang dialami sang istri, agar dia tidak berkeliaan keluar dari rumah untuk sekadar mencari suasana baru.
Allah Ta’ala berfirman,
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
“Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.” (Qs. Ar-Rahman: 74)
Keadaan bidadari yang tiada pernah disentuh oleh seorang pun sebelum suaminya, menghasilkan puncak kebahagiaan para suami terhadap mereka. Sesungguhnya kebahagiaan lelaki terhadap seorang wanita yang tidak pernah disentuh oleh ssesiapa pun mempunyai erti yang tersendiri.
Penjagaan Allah ke atas diri bidadari menunjukkan kemuliaan bidadari. Dan bentuk penjagaan diri ini seharusnya ditiru oleh wanita dunia agar wanita dunia sentiasa terjaga kemuliaannya. Kemuliaan dan kedudukan yang paling tinggi dan luhur bagi seorang wanita ialah jika sifat malunya tidak dinodai oleh makhluk, tak didekati manusia serta tak seorang pun menjamah tubuhnya, baik menyetubuhi ataupun hanya melihatnya, kecuali oleh suami yang menikahi dan berhak atas dirinya.
Murajaah: Ust. Ammi Nur Baits
Rujukan:
1. Tamasya ke Surga, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul Falah, Jakarta.
2. Panduan Lengkap Nikah (Dari “A” sampai “Z”), Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdirrazzak, Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan ke-4, Bogor, 2006.
3. Bersanding Dengan Bidadari di Surga, Dr.Muhamamd bin Ibrahim An-Naim, Daar An Naba’, Cetakan Pertama, Surakarta, 2007.
4. Mengintip Indahnya Surga, Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, Aqwam, Cetakan Pertama, Solo, 2008.
5. Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul falah, Cetakan ke-11, Jakarta, 2003.
6. Majelis Bulan Ramadhan, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, Pustaka Imam Syafi’i, Cetakan ke-2, Jakarta, 2007.
7. Bidadari Surga Agar Engkau Lebih Mulia Darinya, ‘Itisham Ahmad Sharraf, IBS, Cetakan ke-3, Bandung 2008.
kesuciannya.html
p/s: Apa kaitannya mahasiswi dengan entry ini? Hakikatnya, tajuk ini hanya untuk menarik perhatian golongan yang paling dekat dengan diri saya.
ramai lebih suka menjadi bidadari dunia
ReplyDeleteANONYMY
ReplyDeletesama lah dgn pmuda..lbih ramai yg suka jd pmuda dunia..(peringatan buat dri sndiri)